Tambang Besi dan Luka Morotai
Oleh: Ardi Turege
(Ketua UKM LDRS FH UMMU, Wakil Presiden BEM FH UMMU, Pegiat Law Fhighters Community)
Di ujung timur Indonesia, Pulau Morotai berdiri sebagai gerbang Samudra Pasifik. Ia adalah mutiara Maluku Utara, dikenal karena lautnya yang indah, sejarah perjuangan yang heroik, dan potensi pariwisata yang luar biasa.
Namun, dibalik lanskap tropis dan senyum ramah masyarakatnya, terselip ironi yang menyayat: kehidupan rakyat perlahan terkikis oleh bayang-bayang tambang besi yang mengancam keseimbangan alam dan sosial.
Tambang kerap dijanjikan sebagai jalan pintas menuju kemajuan ekonomi. Di atas kertas, ia membawa harapan: lapangan kerja, pembangunan infrastruktur, dan peningkatan PAD.
Namun realitas di banyak tempat menunjukkan sebaliknya. Yang tumbuh justru kesenjangan, kerusakan lingkungan, dan ketimpangan sosial yang kian dalam.
Morotai, yang sejak lama hidup dengan kearifan maritim dan pertanian, kini diguncang kabar izin tambang besi yang dibungkus narasi pembangunan.
Pemerintah daerah dan investor datang dengan janji kesejahteraan: pekerjaan, ekonomi lokal yang berkembang, serta infrastruktur yang lebih baik.
Namun, pengalaman di berbagai daerah tambang membuktikan, janji itu hampir selalu berubah menjadi luka. Hutan dibabat, laut tercemar, tanah kehilangan kesuburan, wisatawan menjauh, ikan makin sulit didapat, dan masyarakat terjerat dalam konflik sosial.
Baca Halaman Selanjutnya..