Wartawan dalam Cahaya An-Naba’
TIDAK banyak profesi yang mendapat pantulan cahaya dari Al-Qur’an. Tetapi ada satu yang begitu istimewa: wartawan. Sebab, di antara 114 surat, Allah menamakan satu di antaranya dengan sebutan An-Naba’- pemberitaan.
Betapa agungnya makna itu. An-Naba’ bukan sekadar kabar harian, bukan desas-desus yang singgah lalu hilang. Ia adalah berita besar, kabar agung, informasi yang benar—yang menyentuh hati dan mengguncang jiwa manusia.
Allah ﷻ berfirman:
“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang besar.”(QS. An-Naba’: 1–2).
Sejak itu kita belajar, bahwa berita bukanlah mainan. Ia bisa menjadi cahaya yang menerangi jalan, atau bara yang membakar kehidupan.
Wartawanlah yang memikul amanah itu. Siang dan malam, satu kali 24 jam, mereka berjalan menjemput informasi, lalu merangkainya menjadi kabar yang diharapkan publik. Di balik setiap kalimat, ada tanggung jawab. Di balik setiap tulisan, ada doa agar kebenaran sampai ke hati pembaca.
Al-Qur’an pun mengingatkan dengan tegas:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepadamu seorang fasik membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya.” (QS. Al-Hujurat: 6).
Inilah ruh jurnalistik sejatitabayyun. Jangan tergesa-gesa, jangan terjebak kepalsuan, jangan menukar kebenaran dengan sensasi. Sebab satu berita yang salah bisa melukai banyak hati, menghancurkan kepercayaan, bahkan menyesatkan bangsa.
Rasulullah ﷺ pun bersabda:
“Hendaklah kalian selalu berkata benar, karena sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga.” (HR. Bukhari-Muslim).
Hadis ini menjadi pengingat, bahwa menuliskan dan menyampaikan kebenaran bukan hanya tugas duniawi, melainkan jalan menuju ridha Allah.
Menjadi wartawan bukan sekadar mencari nafkah. Ia adalah amanah besar. Setiap berita yang ditulis adalah saksi di hadapan Allah. Setiap informasi yang disebar bisa menjadi cahaya, atau sebaliknya menjadi beban.
Maka wartawan sejati bukan hanya pewarta, tetapi juga penjaga nurani. Bukan hanya penulis, tetapi saksi sejarah. Bukan hanya pelapor, tetapi pendidik bangsa.
Sebagai penutup, penulis memohon doa kepada Allah Swt. Semoga teman-teman wartawan senantiasa diberi kesehatan, kekuatan, dan semangat yang tidak pernah padam. Semoga tinta yang mereka torehkan selalu menjadi cahaya, dan profesi mulia ini tetap terjaga dengan sebaik-baiknya.
Mari kita rawat amanah ini agar wartawan tetap dikenang sebagai pembawa kebenaran, penjaga cahaya, dan pelita bagi umat.(*)