Catheterization Laboratory Pertama di Maluku Utara Hadir di Tobelo, Bagaimana dengan Rumah Sakit Provinsi?
dr. Akbar Kapissa Baharsyah
(Residen Bedah Fakultas Kedokteran UNHAS/ Ex Direktur Lembaga Kesehatan HMI Cabang Makassar Timur)
RSUD Tobelo baru saja mencatat sejarah penting dalam perjalanan layanan kesehatan di Maluku Utara. Untuk pertama kalinya, tindakan Neurointervensi dengan Digital Subtraction Angiography (DSA) berhasil dilakukan di ruang Catheterization Laboratory mereka. Peristiwa ini bukan sekadar seremoni, melainkan langkah monumental yang menandai hadirnya Catheterization Laboratory pertama di Maluku Utara. Dua pasien pertama berhasil ditangani tanpa mengeluarkan biaya, karena seluruhnya ditanggung oleh Pemerintah Daerah Halmahera Utara. Masyarakat pun menyambut ini sebagai harapan baru bahwa layanan kesehatan yang selama ini terasa jauh akhirnya bisa lebih dekat.
Apresiasi tentu patut diberikan setinggi-tingginya. RSUD Tobelo berani mematahkan stigma bahwa fasilitas canggih hanya dimonopoli rumah sakit besar di ibu kota provinsi. Keberanian ini lahir dari visi dan dukungan politik daerah yang kuat, serta kesadaran bahwa penyakit jantung, stroke, dan gangguan pembuluh darah semakin menjadi beban utama masyarakat. Namun di balik euforia ini, muncul sebuah pertanyaan mendasar: apakah seharusnya pusat Catheterization Laboratory pertama di Maluku Utara berada di Tobelo, bukan di RSUD dr. Chasan Boesoirie (RSCHB)?
RSUD dr. Chasan Boesoirie adalah rumah sakit rujukan provinsi. Status inilah yang membuat seluruh pasien dari berbagai kabupaten dan pulau di Maluku Utara pada akhirnya mengalir ke sana. Secara konsep tata kelola kesehatan, masuk akal bila banyak pihak beranggapan bahwa fasilitas subspesialistik seperti Catheterization Laboratory seharusnya hadir lebih dulu di RSCHB. Rumah sakit provinsi idealnya menjadi pionir, tempat di mana layanan unggulan terintegrasi, didukung SDM subspesialis, dan berfungsi sebagai center of excellence. Namun faktanya, RSUD Tobelo justru melangkah lebih dulu.
Catheterization Laboratory bukan hanya ruang angiografi. Jika dioptimalkan, ia bisa menjadi pusat layanan minimal invasif yang menyelamatkan nyawa. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
- Kardiologi: angioplasti dan pemasangan stent koroner pada pasien serangan jantung akut.
-Neurointervensi: trombektomi mekanik untuk stroke iskemik, serta embolisasi aneurisma otak tanpa operasi besar.
- Bedah Vaskuler: perbaikan aneurisma aorta dengan metode EVAR, pemasangan stent perifer, hingga embolisasi perdarahan pada kasus trauma.
Dengan spektrum layanan ini, RSUD Tobelo berpotensi berkembang menjadi Neuro-Kardio-Vaskular Center, pusat unggulan regional yang mampu melayani stroke, serangan jantung, hingga penyakit pembuluh darah secara komprehensif. Artinya, masyarakat Maluku Utara tidak lagi harus pergi jauh ke Manado atau Makassar dengan biaya besar hanya untuk mendapatkan layanan tersebut. Kehadiran Catheterization Laboratory di Tobelo dengan sendirinya mengubah peta layanan kesehatan regional.
Lantas, di mana posisi RSUD dr. Chasan Boesoirie? Apakah rumah sakit provinsi ini harus buru-buru mengejar dan meniru langkah Tobelo? Menurut saya, justru tidak. RSUD dr. Chasan Boesoirie memang harus berbenah, tetapi jangan jatuh pada jebakan sekadar meniru. Maluku Utara bisa membangun strategi kesehatan yang lebih besar dengan cara membagi peran di antara kedua rumah sakit besar ini.
Baca halaman selanjutnya...