1. Beranda
  2. Opini

SDM Sehat dan Cerdas: Pondasi Kemerdekaan Maluku Utara yang Sesungguhnya

Oleh ,

Oleh: dr. Akbar Kapissa Baharsyah

(Residen Bedah Fakultas Kedokteran UNHAS/Ex Direktur Lembaga Kesehatan HMI Cabang Makassar Timur)

Dalam semangat kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, pertanyaan mendasar yang layak kita ajukan sebagai warga Maluku Utara adalah: apakah kita benar-benar sudah merdeka dalam hal yang paling mendasar, yakni kesehatan dan pendidikan? Merdeka bukan sekadar terbebas dari penjajahan fisik, tetapi juga terbebas dari keterbatasan akses terhadap layanan dasar yang menentukan kualitas hidup.

Fakta berbicara lain. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara pada 2024 masih di angka 71,84 %, meski naik dari tahun sebelumnya , angka ini masih bawah rata-rata nasional yang berada di 75,02 %. Rinciannya pun menunjukkan akar persoalan: usia harapan hidup yang masih rendah, serta rata-rata lama sekolah yang belum ideal. Dua sektor vital ini kesehatan dan pendidikan masih menjadi pekerjaan rumah besar, terutama di kawasan daratan Pulau Halmahera yang justru menjadi pusat demografi dan ekonomi provinsi.

Di bidang kesehatan, realitas ketimpangan fasilitas sangat mencolok. Hingga kini, rumah sakit rujukan provinsi hanya tersedia di Kota Ternate, yang secara geografis berada di luar Pulau Halmahera. Pasien dari Halmahera Timur, Tengah, Selatan, dan Utara yang membutuhkan layanan bedah saraf, ortopedi, atau ICU, masih harus menempuh perjalanan laut atau udara untuk mendapatkan perawatan definitif. Dalam kasus trauma berat, stroke, atau komplikasi obstetrik, keterlambatan karena rujukan ini dapat berarti hilangnya nyawa.

Pusat rujukan kesehatan tingkat provinsi sudah seharusnya berpijak di jantung Halmahera, entah di Weda, Sofifi, atau titik strategis lainnya. Ini bukan hanya soal efisiensi geografis, tetapi soal keadilan pelayanan.

Jika pusat ekonomi tambang berada di Halmahera, maka sudah seharusnya pusat kesehatan rujukan pun berdiri di sana. Rumah sakit dengan spesialis sub-sub bidang harus dibangun secara progresif, agar rakyat Halmahera tak lagi menjadi tamu di daerah sendiri ketika sakit.

Lebih dari itu, pembangunan rumah sakit tipe B dengan dukungan tenaga subspesialis akan menjadi titik balik layanan kesehatan di provinsi ini. Rumah sakit tipe C di kabupaten tentu memiliki keterbatasan; mereka hanya mampu melayani kasus-kasus dasar. Dengan hadirnya rumah sakit tipe B yang lengkap di Halmahera, maka berbagai kasus yang sebelumnya harus dirujuk ke luar provinsi bisa ditangani di dalam daerah.

Pasien-pasien kanker yang membutuhkan kemoterapi tidak perlu lagi ke Manado atau Makassar. Pasien dengan tumor otak, atau trauma kepala berat tidak perlu lagi keluar dari Maluku Utara. Bahkan tindakan cuci darah, pemasangan akses vaskular permanen bisa diwujudkan bila rumah sakit rujukan tersebut dilengkapi dengan peralatan dan SDM yang memadai. Dengan demikian, rumah sakit tipe B bukan hanya fasilitas medis, tetapi simbol kedaulatan layanan kesehatan daerah.

Baca halaman selanjutnya...

Baca Juga