(Refleksi Kritis atas Sistem Pendidikan Indonesia dalam Perspektif Paulo Freire)
Kehendak Pendidik sebagai Penindas
Oleh: Muhammad Wahyudin
(Mahasiswa pendidikan dan Pancasila FKIP Unkhair Ternate)
“Aku takut bermimpi.” Kalimat ini mencerminkan suara batin generasi muda Indonesia yang hidup dalam bayang-bayang sistem pendidikan yang gagal memberi arah dan harapan. Di tengah berbagai jargon reformasi dan kurikulum baru, banyak peserta didik justru semakin kehilangan makna belajar dan kepercayaan pada masa depan yang ditawarkan pendidikan.
Harapan yang dulu ditanamkan sejak dini, bahwa sekolah adalah kunci menuju kesuksesan kini mulai dipertanyakan. Mimpi-mimpi yang dicanangkan sejak kecil, bukan tumbuh dari potensi dan minat anak, melainkan dibentuk oleh tekanan sosial, ekspektasi orang tua, dan sistem yang kaku.
Baca Juga: Disrupsi Budaya: Gemerlap di Luar, Rapuh di Dalam
Akibatnya, anak-anak tidak hanya takut gagal, tapi juga takut untuk bermimpi.“Kekerasan tidak dilakukan oleh mereka yang tertindas, melainkan oleh mereka yang menindas dan gagal melihat orang lain sebagai manusia.”(Paulo Freire).
Pendidikan di Indonesia masih diliputi ketimpangan. Sementara anak-anak di kota besar menikmati fasilitas dan akses teknologi, di pelosok negeri banyak anak belajar tanpa buku teks, tanpa guru tetap, dan bahkan tanpa ruang kelas yang layak. Harapan yang seharusnya tumbuh dari proses pendidikan menjadi tergerus oleh kenyataan yang tidak mendukung.
Dilansir Kompasiana.com Ketimpangan pendidikan merupakan salah satu masalah yang penting bagi negara-negara berkembang selain ketimpangan pendapatan dan kesehatan (Todaro & Smith, 2011). Indikator ketimpangan pendidikan dapat digunakan untuk melengkapi ukuran kesejahteraan lainnya, seperti pendapatan per kapital, capaian pendidikan rata-rata penduduk, kesahatan dan nutrisi (Thomas dkk, 2001).
Baca Juga: Koran Digital Malut Post Edisi 13 Agustus 2025
Fenomena ini mencerminkan kegagalan negara dalam menghadirkan keadilan sosial dalam pendidikan. Sebagaimana dikatakan Paulo Freire, "Penindasan terjadi ketika manusia diperlakukan sebagai objek, bukan subjek yang berpikir dan bertindak." (Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, 1972). Ketimpangan bukan hanya soal infrastruktur, tapi tentang penindasan sistemik terhadap hak anak untuk berkembang.
Perubahan kurikulum yang tidak konsisten menjadi luka lain dalam sistem pendidikan. Kurikulum Merdeka hadir dengan niat baik memberikan ruang bagi kebebasan berpikir dan kreativitas.
Baca Halaman Selanjutnya..