Menimbang Ulang Arah Pembangunan Maluku Utara
Kado Ulang Tahun untuk Ibu Gubernur
Oleh: Rizky Ramli
(Ketua Umum PRIMA DMI Maluku Utara)
Hari ini, masyarakat Provinsi Maluku Utara mungkin mengirimkan banyak karangan bunga dan ucapan selamat kepada Ibu Gubernur tercinta. Ada ucapan manis, ada doa panjang umur, ada juga harapan agar di bawah kepemimpinan beliau, daerah ini semakin maju.
Dan tentu saja, saya mewakili teman-teman pengurus Wilayah PRIMA DMI Malut ikut mengucapkan “Selamat ulang tahun, Ibu Gubernur”. Semoga sehat selalu, kuat memimpin, dan punya telinga yang lebih peka untuk suara rakyat.
Baca Juga: Matinya Hati Nurani Pemimpin: Bebaskan 11 Tahanan
Tapi izinkan saya menyelipkan sesuatu yang mungkin jarang diberikan orang sebagai kado ulang tahun kejujuran yang sedikit pahit, tapi perlu ditelan.
Ekonomi Ekstraktif dan Krisis Ekologi
Maluku Utara dalam dua dekade terakhir mengalami lonjakan investasi besar-besaran di sektor pertambangan, khususnya nikel, yang kini menjadi komoditas strategis dalam rantai pasok industri baterai kendaraan listrik dunia.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2023) menunjukkan bahwa provinsi ini masuk dalam jajaran pusat industri nikel nasional, dengan keberadaan smelter dan kawasan industri di Halmahera Tengah, Halmahera Timur, dan Halmahera Selatan. Bahkan, Halmahera kini menjadi salah satu episentrum kebijakan hilirisasi mineral pemerintah pusat.
Kehadiran investasi ini memang mendorong pertumbuhan ekonomi makro. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara pada 2023 tercatat tumbuh di atas rata-rata nasional, sebagian besar didorong oleh subsektor pertambangan dan pengolahan logam. Namun, pertumbuhan tersebut menyisakan pertanyaan mendasar. Siapa yang benar-benar menikmati hasilnya?
Baca Juga: Koran Digital Malut Post Edisi 13 Agustus 2025
Model pembangunan berbasis ekstraksi sumber daya alam yang berskala masif telah memunculkan konsekuensi ekologis yang signifikan. Laporan Jaringan Advokasi Tambang (JATAM, 2024) mencatat pencemaran air di sejumlah wilayah pesisir akibat sedimentasi dan pembuangan limbah industri.
Di Weda, Halmahera Tengah, warna air sungai di sekitar konsesi tambang berubah menjadi keruh kemerahan, mengindikasikan tingginya kandungan partikel tersuspensi. Nelayan di pesisir lelilef melaporkan penurunan drastis hasil tangkapan ikan, yang mereka kaitkan dengan turunnya kualitas ekosistem laut akibat limbah pertambangan.
Baca Halaman Selanjutnya..