Menakar DOB Sofifi dari Urgensi Sampai ke Aspek Bahasa
Oleh: Rudi S. Tawari
(Pengajar di Universitas Khairun)
Kegaduhan Sofifi
Sejak penetapan Sofifi sebagai Ibu Kota Provinsi Maluku Utara melalui UU 46 tahun 1999, lalu urusan pemerintahan dijalankan di Kota Ternate dan akhirnya dipindahkan ke Sofifi pada tahun 2010, wacana tentang Daerah Otonomi Baru (DOB) Sofifi tidak sepanas saat ini.
Meskipun tetap ada pro dan kontra tetapi perdebatan tentang Sofifi berada dalam suasana yang lindap karena semua berbicara dalam kadar emosi yang semestinya. Situasi itu kini tampak berbeda karena ajuan argumentasi sudah melibatkan emosi yang berlipat dan kepentingan yang kompleks.
Baca Juga: Problematik Pembentukan DOB Sofifi
Apalagi secara kebutulan, Sultan Tidore yang menolak DOB Sofifi adalah rival Gubernur Maluku Utara saat ini dalam kontestasi Pilkada tahun lalu.
Sementara Wali Kota Tidore saat ini adalah ketua partai di tingkat daerah yang menjadi pengusung Sultan sebagai calon gubernur dalam kontestasi Pilkada tahun lalu. Dengan demikian, penolakan keduanya dipautkan dalam beragam tafsir.
Saat pemindahan urusan pemerintahan dari Ternate ke Sofifi, saya kebutulan sebagai wartawan Malut Post yang mendapat tugas peliputan wilayah Provinsi.
Baca Juga: Koran Digital Malut Post Edisi 25 Juli 2025
Berbagai peristiwa tentang DOB Sofifi hampir sebagian besar saya ikuti untuk mewartakanya karena Sofifi masuk dalam cakupan liputan Provinsi.
Di antara peristiwa itu, masyarakat Sofifi dan sekitarnya saat itu melakukan unjuk rasa dengan cara berkeliling di sekitar Sofifi.
Baca Halaman Selanjutnya..