Site icon MalutPost.com

Kecemasan Ekologi: Polusi Sampah dan Perubahan Iklim

H.Muhammad Sjarif, S.IP,. M.Si

Oleh: H. Muhammad Sjarif, S.IP,. M.Si
(Kadis Lingkungan Hidup Kota Tidore Kepulauan)

“Apel Bersama dan Aksi Bersih Sampah Plastik”, dilakukan pemerintah daerah Kota Tidore Kepulauan bersama komponen masyarakat (TP.PKK,DWP,Polri/TNI,Camat dan Lurah/Desa, Komunitas Lingkungan, Gen Z, Sekolah.

Masyarakat di Pulau Wisata Maitara adalah bagian dari tanggungjawab lingkungan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup (HLH) yang jatuh pada tanggal 5 Juni 2025.

Tema global yang ditetapkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP) pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia kali ini adalah “Ending Plastic Pollution” yang diterjemahkan menjadi “Hentikan Polusi Plastik”.

Tema ini dipilih karena mempertimbangkan dampak signifikan dari pencemaran sampah bagi lingkungan, kesehatan masyarakat, dan mahluk hidup lainnya.

Fenomena Sampah Plastik

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2024, jumlah timbunan sampah nasional mencapai 64 juta ton per tahun. Jumlah timbulan sampah plastik meningkat signifikan dari 12% pada 2010 menjadi 19,23% pada 2023, jika tidak ada upaya luar biasa untuk membatasinya.

Maka diperkirakan pada 2050 jumlah sampah plastik akan mencapai 50% dari seluruh jenis sampah di Indonesia. Sumber utama sampah plastik berasal dari kemasan, wadah, dan kantong belanja dengan proporsi 40%.

Menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua atau 14 persen dari total produksi sampah. Setiap tahun sebanyak  1,3 juta ton sampah plastik dibuang ke laut.

Baca Halaman Selanjutnya..

Fenomena booming sampah plastik telah menjadi momok yang menakutkan di setiap belahan bumi. Plastik adalah bahan sintetis yang terbuat dari polimer, sebagian besar berasal dari produk sampingan minyak bumi, dan dikenal karena kekuatannya, fleksibilitasnya, serta ketahanannya terhadap degradasi.

Sifat inilah yang membuat plastik sangat berguna, namun juga menciptakan masalah besar karena plastik tidak mudah terurai. Dibutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun agar plastik terurai secara alami di lingkungan, sehingga menumpuk di lahan dan lautan.

Di Propinsi Maluku Utara, berdasarkan sebuah hasil penelitian yang diterbitkan Journal of Biological Sciences pada Desember 2021, menunjukkan bahwa ikan-ikan karang di kepulauan Maluku Utara khususnya di Ternate yang menjadi lokasi penelitian, telah terkontaminasi mikroplastik.

Hasil pengujian menunjukkan 183 dari 220 ekor ikan tercemar mikroplastik.. Kandungan mikroplastik ini berupa 47,81 persen fragmen, 38,22 persen film, 2,69 persen foam, 2,36 persen fiber, 7,41 persen line, dan 1,52 persen pellet.

Riset Tim Ekspedisi Sungai Nusantara di Maluku Utara pada akhir 2022 lalu, menemukan perairan daerah ini telah terkontaminasi  mikroplastik. Sampah yang masuk ke laut tidak hanya mengotori keindahan pantai tapi mengancam kelancaran transportasi laut antarpulau di Maluku Utara.

Kontribusi Sampah terhadap Perubahan Iklim

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2050 jumlah sampah secara global diperkirakan akan mencapai 3,4 miliar ton.

Sampah sebanyak itu akan menghasilkan Gas Rumah Kaca berbahaya (GRK) yang berkontribusi pada terjadinya perubahan iklim.

Baca Halaman Selanjutnya..

Sampah termasuk sampah plastik memiliki dampak signifikan pada perubahan iklim melalui berbagai cara yakni mulai dari produksi hingga pembuangan dan pengolahan. Produksi plastic, membutuhkan energi yang besar dan melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK).

Pembuangan plastik ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA), menghasilkan gas metana, sebuah GRK yang sangat kuat. TPA melepaskan 15% emisi metana sendiri, setara dengan emisi lebih dari 21,6 juta mobil penumpang yang dikendarai selama satu tahun.

Tentu saja ini adalah jumlah yang sangat besar dan akan berkontribusi banyak terhadap perubahan iklim. Sampah organik (seperti sisa makanan, kertas, dan kayu) yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) juga akan mengalami pembusukan tanpa oksigen.

Proses pembusukan ini juga menghasilkan metana (CH4), gas rumah kaca yang menjebak panas di atmosfer, bahkan lebih kuat dari karbon dioksida (CO2). Sampah juga menghasilkan karbon dioksida (CO2) dari proses pembakaran.

Analogi gas rumah kaca adalah seperti “selimut” atau “lapisan kaca” yang menutupi Bumi. Gas-gas rumah kaca di atmosfer, seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4).

Berperan seperti selimut yang memerangkap pantulan panas matahari dari bumi di atmosfer, mencegahnya keluar sinar matahari dan menyebabkan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim yang ekstrim.

Kecemasan Ekologi : Ancaman Serius!!!

Di balik kegunaan plastik yang praktis dan murah, limbah sampah plastik menimbulkan ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Beberapa dampak signifikan yang diakibatkan oleh polusi dan limbah plastic antara lain:

Baca Halaman Selanjutnya..

Pertama: Pencemaran Laut:
Plastik-plastik ini mencemari ekosistem laut, mengancam kehidupan laut, dan berdampak pada kesehatan manusia yang mengonsumsi ikan dan makanan laut. Sampah plastic, bagiannya yang kecil yang disebut mikroplastik dapat menjadi bahan yang beracun apabila masuk kedalam tubuh biota laut dan mengganggu kesehatan organisme.

Kedua: Kerusakan Ekosistem Darat:
Plastik yang dibuang ke tanah dapat melepaskan bahan kimia berbahaya yang meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Ini berdampak buruk pada flora dan fauna, serta dapat merusak kesuburan tanah.

Ketiga: Perubahan Iklim/Pemanasan Global :
Polusi plastic adalah salah satu penyebab terbesar perubahan iklim yang berdampak pada kehidupan manusia, seperti peningkatan suhu, perubahan pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

Kenaikan permukaan laut akibat mencairnya es di Kutub Utara yang berdampak pada ekosistem pantai dan hilangnya pulau-pulau, dan perubahan ekosistem pada pertanian dan tumbuhan, meningkat frekwensi kebakaran hutan.

Dampak ini bisa dirasakan pada aspek kesehatan, pertanian, sumber daya air, Perubahan social, ekonomi, dampak pada pariwisata, tranportasi dan dampak lingkungan.

Kesadaran Ekologi dari Multipihak

Sebuah penelitian Organisasi Meteorologi Dunia (IPCC), memperkirakan tahun 2100, tempratur atmosfir akan meningkat 1.5 – 4.4 derajat celcius. Ini adalah konsekwensi serius bagi masaalah social,ekonomi dan sistem alam kita.

Jika pendekatan yang digunakan adalah “ hanya melihat dan menunggu tanpa melakukan apa-apa (wait and see, and do nothing) maka dampak yang akan terjadi adalah keberlangsungan kehidupan manusia dan lingkungan hidup.

Baca Halaman Selanjutnya..

Target “Indonesia Bebas Sampah” tahun 2029 adalah tujuan nasional yang dicanangkan pemerintah untuk mencapai pengelolaan sampah 100%.

Presiden Prabowo Subianto melalui Perpres No. 12 Tahun 2025 menetapkan target ini dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

Untuk mengurangi sampah plastik, lakukan prinsip 3R: Reduce (kurangi penggunaan), Reuse (gunakan kembali), dan Recycle (daur ulang).

Selain itu, pilih produk dengan kemasan minimal, bijak pilah sampah dari rumah, hindari plastik sekali pakai, dan ikut serta dalam program pengelolaan sampah.

Penanganan sampah adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah mengajak seluruh lapisan masyarakat, sektor swasta, dan komunitas untuk terus berkolaborasi dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan inklusif.

Edukasi dan perubahan perilaku masyarakat menjadi kunci penting dalam mewujudkan Indonesia yang bersih, sehat, dan bebas sampah.

Setiap langkah kecil kita, mulai dari mengurangi pemakaian kantong plastik, memilah sampah, hingga mendukung produk daur ulang akan memberi dampak besar bagi generasi mendatang. ”Bumi tidak membutuhkan kita, tetapi kitalah yang membutuhkan bumi”.

Bersama-sama, kita bisa bikin perubahan yang berarti untuk bumi kita. Mari kita jadikan momen Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2025 ini sebagai titik balik untuk aksi nyata, bukan sekedar seremonial.
Kesadaran berjamaah, kesadaran ekologi… (*)

Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Rabu, 4 Juni 2025
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2025/06/rabu-4-juni-2025.html

Exit mobile version