Malutpost.com — Di tangan puluhan emak-emak Desa Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, Karnaganyar lahan kosong yang dulunya tak terurus kini berubah menjadi kebun hidroponik produktif. Mereka telah sukses mengolah tanah mangkrak menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.
Di bawah sinar matahari pagi, tampak ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Mutiara sibuk memanen selada hidroponik di kebun seluas 70 meter persegi. Satu per satu tanaman dicabut dari media tanam, ditata rapi, dan ditimbang. Total, 22 kilogram selada segar berhasil dipanen hari itu.
Koordinator KWT Mutiara Trisna Murti Manikam mengisahkan bagaimana kebun ini dimulai setelah pandemi Covid-19 mereda pada 2022. Saat itu, dia berinisiatif mendaftarkan kelompoknya ke Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar, dengan harapan mendapatkan bantuan modal.
“Alhamdulillah, pengajuan kami disetujui, dan kami mendapat modal awal untuk memulai,” ujarnya.
Lahan yang mereka manfaatkan berada tepat di pintu masuk Dusun Banukan, yang sebelumnya terlihat kumuh dan tidak terawat. Trisna pun memberanikan diri meminta izin kepada pemilik tanah.
Baca Halaman Selanjutnya..
“Ternyata diperbolehkan, karena pemiliknya sendiri belum tahu mau dimanfaatkan untuk apa. Akhirnya, saya ajak ibu-ibu di kampung ini supaya punya kegiatan yang bermanfaat,” tambahnya.
Awalnya, sekitar 50 orang ibu-ibu bergabung. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlahnya menyusut menjadi 34 anggota aktif, yang kini terbagi dalam kelompok kecil berisi tujuh orang untuk merawat kebun setiap harinya.
Sebelum beralih ke hidroponik, KWT Mutiara sempat mencoba menanam cabai dan jagung pulut ungu. Namun, hasil panennya kurang optimal karena bergantung pada cuaca. Hingga akhirnya, sejak awal 2023, mereka beralih ke metode hidroponik.
“Lebih enak hidroponik, perawatannya lebih mudah dan hasilnya lebih banyak. Asalkan mengikuti aturan, risikonya juga lebih kecil dibanding tanam di tanah,” jelas Trisna.
Dalam hal pemasaran, KWT Mutiara tak bergerak sendiri. Mereka menjalin kemitraan dengan pihak ketiga yang membantu dari hulu hingga hilir, mulai dari penyediaan instalasi hidroponik, benih, media tanam, hingga nutrisi.
Baca Halaman Selanjutnya..
“Setelah panen, mitra kami langsung mengambil hasilnya dan memasarkannya. Jadi, ibu-ibu tinggal fokus merawat tanaman,” beber Trisna.
Melihat hasil yang menjanjikan, Trisna dan anggota KWT Mutiara berencana memperluas lahan pertanian hidroponik agar bisa menghasilkan lebih banyak.
Untuk mewujudkan itu, mereka telah mengalokasikan 30 persen dari hasil panen untuk pengembangan lahan.
“Kami ingin mencari lahan di sekitar sini supaya bisa memperbesar kebun. Produknya sudah ada pasarnya, jadi kalau bisa diperluas, hasilnya pasti lebih maksimal,” pungkasnya.
Dengan semangat dan kerja keras, ibu-ibu KWT Mutiara telah membuktikan bahwa dari lahan kosong yang tak bernilai, kini tumbuh harapan dan masa depan yang lebih hijau. (jpg/rul)