Site icon MalutPost.com

Lawatan Paus dan Seruan Membangun Jembatan Desa-Kota

Oleh: Dewa GDE Satrya
(Dosen School of Tourism Universitas Ciputra Surabaya)

Perjalanan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia tidak hanya bermakna historis. Kunjungan Paus ke Indonesia untuk kali ketiga ini juga menjadi momentum untuk mengkaji serta mengimplementasikan seruan-seruan moral beliau dalam konteks Indonesia.

Bagi Indonesia, harmoni antarumat beragama telah lama diperjuangkan dan dijaga bersama. Hal itu pula yang menjadi salah satu daya tarik Paus untuk datang ke Indonesia.

Namun, ada satu hal yang menarik untuk dikembangkan. Yaitu, seruan Paus untuk membangun jembatan, bukan tembok, bagi perjumpaan antarumat manusia. Karena itu, interaksi antarmanusia sangatlah penting.

People mobility sebagai esensi traveling menjadi sarana perjumpaan antarmanusia. Antara host dan guest. Antara tuan rumah dan pengunjung.

Perjumpaan yang penting untuk semakin didorong dan dipromosikan adalah perjumpaan antara warga kota dan realitas hidup pedesaan. Melalui interaksi dalam konteks perjalanan ’’berwisata’’ itu, Paus menyuarakan dambaan kerinduan umat manusia yang terdalam, yakni welas asih sebagai buah dari saling mengenal antarmanusia.

Pembangunan di Indonesia membutuhkan stabilitas sosial dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah keanekaragaman suku, budaya, serta agama, isu penting yang menyertai adalah memastikan kualitas kerekatan sosial (kohesi sosial) tidak terganggu. Kerekatan sosial yang guyub sebagai ciri khas kohesi sosial merupakan salah satu aspek modal sosial.

Pembelajaran lintas budaya, saling pengertian antarumat beragama, pemahaman akan lingkungan hidup, terutama memaknai kekayaan hidup beserta semua aspek yang melekat dalam alam pedesaan, merupakan rahmat perjumpaan warga kota dengan sesama di desa.

Sebaliknya, bagi warga desa, perjumpaan dengan warga kota yang mengunjunginya membuka hati dan pikiran untuk menerima nilai-nilai positif dari peradaban warga perkotaan.

Persaudaraan sejati, dialog, dan bila memungkinkan adanya aktivitas bersama antara pengunjung dari kota dan warga desa. Hal itu relevan dengan seruan tema Hari Pariwisata Sedunia 2022, Rethinking Tourism.

Baca Halaman Selanjutnya..

Paralel dengan itu, berdasar Deklarasi Manila 1980, pariwisata tidak boleh lagi mengabaikan permasalahan sosial. Selain itu, desakan kepariwisataan yang beretika diikuti Deklarasi Rio de Janiero 1992. Akhirnya, pada 1992, PBB menelurkan Kode Etik Pariwisata Dunia.

Sejak itu, konsep dasar berwisata tidak lagi sekadar mengisi waktu luang dan membuang uang. Kode etik mengarahkan pengeluaran (spend of money) dan lama tinggal (length of stay) agar tidak hanya mengorientasikan kegiatan berwisata pada ranah leisure and pleasure.

Sebaliknya, wisatawan masa kini diharapkan berinteraksi dengan kebudayaan lokal yang beragam di Indonesia. Salah satunya berkunjung ke desa-desa yang kini menjadi desa wisata.

Dengan pola multi-activity (alam, budaya, tata kehidupan masyarakat), berkunjung dan berwisata di desa memungkinkan wisatawan berinteraksi langsung dengan masyarakat di desa melalui local homestay, local food restaurant, serta toko-toko suvenir.

Praktik semacam itu memperkuat gagasan community-based tourism di mana masyarakat sendirilah yang menjadi subjek sekaligus mendapatkan manfaat langsung dari pariwisata.

’’Dunia baru’’ harus dihadirkan saat ini, yakni perhatian seluruh pelaku wisata untuk menempatkan manusia dan alam sebagai prioritas dalam industri pariwisata.

Kesejahteraan manusia, mulai sumber daya manusia dan semua pihak yang terlibat dalam industri pariwisata, termasuk masyarakat lokal, harus mendapat prioritas sebagai pihak yang mendapat manfaat optimal.

Kelestarian alam harus dipastikan terjaga, tidak dirusak, apalagi diubah fungsi dan keasliannya, hanya untuk mendapatkan profit.

Pariwisata perlu diletakkan pada basis sumber daya lokal. Secara geografis, potensi dan sumber daya pariwisata Indonesia kebanyakan berada di kawasan pedesaan. Kondisi itu kontekstual dengan tren pariwisata dunia yang telah mengalami pergeseran dari old tourism menjadi new tourism.

Baca Halaman Selanjutnya..

Dari sisi pasar (turis), old tourism bersifat package (group) tourism, sun just/sight seeing. New tourism lebih mengarah ke wisatawan independen (independent travelers) dan seeking a variety of special interest (berbagai minat khusus).

Dari sisi industri, old tourism diisi banyak pemain asing (foreign ownership), sedangkan new tourism menjadi peluang bagi kepemilikan lokal (local ownership) serta wisata budaya dan lingkungan hidup.

Bagi gen Y dan gen Z, aktivitas di pedesaan bermanfaat untuk pertumbuhan sebagai manusia seutuhnya. Kemauan untuk berusaha, berjuang secara fisik, dan bekerja keras untuk meraih cita-cita menjadi tantangan nyata di kalangan generasi muda masa kini.

Yang selama ini terbiasa dimudahkan dalam mendapatkan kebutuhan sehari-hari. Kewaspadaan patut menjadi perhatian bersama agar kaum muda memiliki kemauan untuk bekerja keras dan tangguh.

Di dunia kerja, sering kali terdapat keluhan dari penyedia lapangan kerja tentang lemahnya daya juang, komitmen, kedewasaan dalam menghadapi masalah, serta integritas di kalangan pekerja generasi muda masa kini.

’’Medan’’ yang tidak nyaman –dan biasanya tidak menyenangkan untuk warga perkotaan– dalam kegiatan wisata desa akan menumbuhkan nilai-nilai baru yang positif bagi kehidupan warga perkotaan.

Pengalaman hidup di lingkungan sosial yang berbeda bagi generasi saat ini, baik bagi warga kota maupun warga desa, sangat dibutuhkan untuk membangkitkan pengetahuan tentang hal-hal baru dan asing yang perlu dikenali serta dialami. Nilai itu untuk melatih keterampilan berkomunikasi dengan berbagai kalangan.

Membangun ’’jembatan’’ kota dan desa sama halnya dengan membangun peradaban yang membahagiakan di bumi Indonesia sebagai rumah kita bersama.

Terima kasih atas kebijaksanaan Paus Fransiskus yang telah mendorong sesama warga bangsa untuk terbuka dan saling kenal. Selamat datang, Sri Paus Fransiskus di Indonesia.(*)

Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Rabu, 11 September 2024
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2024/09/rabu-11-september-2024.html

Exit mobile version