Oleh : Muamar Talib
(Komite Pimpinan Pusat Samurai Maluku Utara)
Sekilas refleksi dalam membaca situasi dan kondisi Maluku Utara yang punya kaitannya dengan ketidaksadaran masyarakat. Kebanyakan orang melihat eksploitasi ialah hasil aktivitas industri ekstraktif yang menggarap sumber daya alam dan di ekspor ke negara-negara luar untuk dijadikan kebutuhan serta ketahanan dalam mengelola negara mereka. Hemat saya eksploitasi juga terjadi pada diri seseorang maupun sekelompok orang yang menduduki wilayah-wilayah dengan banyaknya pertambangan, karena ada pertautan pemikiran antara pihak perusahaan dan juga masyarakat. Konsep kesejahteraan sengaja di bangun oleh pihak perusahaan menunjukkan eksploitasi secara langsung terhadap masyarakat, bukan hanya sumber daya alam.
Dalam konteks kesejahteraan yang dimaksud masyarakat laluh di adu-domba untuk menentukan nasibnya kedepan, dengan begitu semua orang berbondong-bondong masuk dan bekerja menjadi buru dan dipekerjakan oleh perusahaan. Eksploitasi ini berlangsung sejak dalam pikiran maupun tindakan. Hal ini, semestinya menjadi perhatian serius bagi masyarakat, kaum muda, maupun mereka yang terpelajar.
Bisa dilihat dari aspek pendidikan masyarakat Maluku Utara bisa dibilang masuk dalam kategori tertinggal dalam mengelola pendidikan, hal itu menyebabkan ketidaksadaran yang muncul disetiap orang akhirnya lebih mempercayai argumentasi yang di ciptakan oleh penguasa melalui kaum pemodal yang berkepentingan di daerah Maluku Utara. Ketidaksadaran yang dimaksud karena sudah terpengaruh oleh konsep “kesejahteraan” sebab bahasa dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat.
Maluku Utara kedepannya menjadi titik fokus pemerintah baik lokal, nasional, hingga internasional dalam rangka menetapkan daerah Maluku Utara sebagai daerah pertumbuhan ekonomi, yang mampu menghidupi masyarakat secara umum masyarakat Indonesia. Jika hal ini terjadi sangat di sayangkan bahwa dampak dari industri ekstraktif akan betul-betul dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan masyarakat maluku utara. Logika yang sering di perenkan oleh pemerintah mulai nampak kepada kita semua sebagai warga negara.
Keberagaman masyarakat Maluku Utara sangatlah unik dilihat dari berbagai macam agama, suku, ras, dan juga budaya. Bila ditarik ke belakang sejarah telah menceritakan bahwa Maluku Utara adalah wilayah yang menjadi perhatian perebutan sumber daya alam baik dari jaman kolonialisme hingga sekarang. Praktek ini akan berlangsung selamanya tapi dengan berbeda motif perampasannya.
Masyarakat di era sekarang lebih mengutamakan keuntungan ketimbang memperhatikan kehidupan generasi-generasi bangsa kedepannya, sudah cukup jelas eksploitasi telah terjadi secara terang-terangan yang dilakukan oleh beberapa pihak perusahaan yang bereksplorasi di Maluku Utara. Masyarakat seakan-akan terkonstruk serta keasikan dalam menerima tambang untuk masuk dan menggarap sumber daya alam mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah lupa dengan budaya serta tradisi yang dibangun oleh nenek moyang mereka yang dahulunya menolak tambang karena mereka menganggap tambang sebagai perusak hutan dan juga lingkungan sekitar mereka. Atas dasar regulasi yang selaluh berpihak, masyarakat seakan di cekam dengan kehadiran pertambangan, lewat pemerintah pusat, tampa mempertimbangkan hajat hidup rakyat yang terdampak.
Sementara sebagian besar yang belum menyadari bahwa proses pendidikan mulai di kesampingkan bagi generasi saat ini, sederhananya mereka labih memilih masuk ke perusahaan sepaska menyelesaikan pendidikan formal di bangku SMA, SMU, SMK dll. Hal ini terjadi di akibatkan sifat ketergantungan masyarakat untuk memiliki sesuatu yang belum dimilikinya, akhirnya mereka menganggap perusahaan sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan keseharian mereka.
Baca Halaman Selanjutnya..
Dalam aspek kesejarahan Maluku Utara memiliki 19 bahasa dan 24 suku yang beredar di setiap sudut daerah, yang mengatasnamakan Maluku Utara. Walaupun dalam bahasa maupun suku selalu terdapat perbedaan tetapi pada konteks kepedulian mereka mempunyai persepsi yang sama. Pada tingkat kesadaran masyarakat belum terlaluh memahami betul bagaimana dengan tercemarnya pepohonan, sungai-sungai, tumbuhan, pantai, dan komoditas unggulan lainnya.
Padahal hal seperti itu yang dapat menghidupi mereka tanpa adanya pertambangan, harusnya diperhatikan ialah alam di sekitar mereka yang lama-kelamaan akan tergusur habis dan berdampak buruk bagi mereka. Perampasan ini akan berjalan selamanya jikalau negara tidak Kembali pada tujuan serta dasar (falsafa) bangsa itu sendiri, kelalaian negara saat ini lebih mengutamakan infrastruktur pembangunan terpusat.
Kontribusi maluku utara bisa dibilang sangatlah besar, hasil dari eksploitasi sumber daya alam. Yang memjadi permasalahan bahwa ekploitasi ini bersamaan dengan negara-negara asing lewat usaha pertambangan mereka yang diberi izin langsung oleh pemerintah negara Indonesia. Sementara keberagaman ada pada cita-cita bangsa, dan negara tidak mengakui lagi. Lalu pada konteks kebijakan peran pemerintah dimana ?. Bukankah kedaulatan berada pada tangan rakyat, nah kenapa intervensi suatu kelompok untuk kekeyaan sesaat selaluh saja terjadi.
Pergerakan perekonomian daerah maluku utara Sebagian besar bersumber dari perekonomian rakyat yang bertumpu pada sektor pertanian, perikanan dan jenis hasil laut lainnya. Komoditas utama yang mendukung nadi perekonomian di maluku utara sala satunya kopra, pala, dan juga cengkeh. Keberpihakan pemerintah pusat hingga daerah melahirkan kekeliruan yang sangat merugikan masyarakat yang notabenenya masyarakat petani dan juga nelayan.
Hemat saya, petani dengan segala sumber daya alam mampu mencukupi kebutuhan keseharian mereka, sebab hutan yang di kelola untuk menanam telah menyimpan berbagai macam jenis tanaman yang bisa di konsumsi, bahkan bisa dijadikan obat-obatan tradisional dan mampu menyembuhkan mereka ketika lagi sakit. Semua itu, akan hilang dan menjauh dari hutan yang dikelola oleh mereka. Karena hutan yang dahulunya masih lebat dan menyuburkan, kini telah menjadi tanah yang kosong dan tidak lagi subur. Sudah sekian lama perjuangan memperjuangkan hak mereka tetapi tidak di respon baik oleh pemerintah. Hal sedemikian menunjukkan bahwa, ketidakwarasan orang-orang yang saat ini memimpin.
Maluku Utara adalah suatu daerah paling timur dan memiliki ketertarikan bagi orang-orang bangsa eropa. Baik yang berkunjung hanya untuk menikmati pemandangan alam semesta dan seisinya, juga ada yang sampai menetap dan bekerja untuk menjadi buru di bebepa perusahaan yang telah aktif beroperasi di Maluku Utara. Keberadaan Maluku Utara menjadi titik fokus pemerintah dalam hal menyebarluaskan industri yang dikelolah oleh orang asing dan tidak berstatus sebagai warga asli Indonesia. Bisa dilihat dalam beberapa kabupaten saat ini menjadi sentral eksploitasi besar-besaran. sebut saja, halsel, Haltim, halut, dan juga halteng.(*)
Opini ini sudah terbit dikoran Malut Post edisi, 6 Mei 2024.